Bahasa Indonesia sesungguhnya adalah bahasa yang mudah dipelajari dan mudah dipakai. Buktinya hingga saat ini digunakan oleh lebih dari 100 juta orang -- paling tidak di Nusantara ini -- belum lagi orang asing yang makin banyak berbahasa Indonesia dengan lancar. Sayangnya, banyak yang kurang peduli terhadap aturan mainnya, terutama dalam penggunaan tanda baca. Contohnya, beberapa iklan di bawah ini yang tayang di sebuah harian nasional.
Pernahkah Anda merasa sangat geli dan kemudian tertawa sendiri di dalam hati ketika mendengar seseorang menerjemahkan bentuk kebahasaan tertentu dalam bahasa Inggris ke bahasa Indonesia?
Demikian sebaliknya, terjemahan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Kemudian, translasi frasa, translasi kata, translasi ungkapan, dan translasi idiom dalam bahasa-bahasa daerah yang ada di bumi Nusantara. selengkapnya... about Translasi Berdimensi Budaya
Seorang penulis memiliki beberapa sahabat yang harus ada ketika sedang menulis. Salah satu sahabat yang mutlak dimiliki penulis adalah kamus. Jika di Indonesia, maka yang mutlak ada yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bersahabat dengan kamus dapat menambah perbendaharaan pemilihan kata agar kita dapat lebih variatif lagi ketika menulis. Dengan pemilihan kata yang tepat dan variatif, proses menulis pun bisa lebih menyenangkan. selengkapnya... about Setop Menulis Stop!
Dasar yang paling baik untuk melambangkan bunyi ujaran atau bahasa adalah satu bunyi ujaran yang membedakan arti dilambangkan dengan satu lambang tertentu. Lambang yang dipakai untuk mewujudkan bunyi ujaran itu biasa disebut huruf. Dengan huruf-huruf itulah manusia dapat menuliskan gagasan yang semula hanya disampaikan secara lisan. selengkapnya... about Penggunaan dan Tata Tulis Ejaan: Pelafalan, Pemakaian Huruf, dan Pemisahan Suku Kata
Akhir-akhir ini kita dibingungkan oleh kata mempunyai dan memunyai. Media massa pun dibuatnya begitu. Lihat artikel di Pikiran Rakyat, 18 Oktober 2002 (Pimpinan Harus Selalu Harmonis) dan terbitan 1 Juli 2002 (Memberantas Pencucian Uang). Pada artikel pertama, terdapat kalimat: "... meminta agar warga Bandung memunyai perhatian ...." Sedangkan pada artikel kedua, ada kalimat: "... sebaliknya, Singapura sendiri mempunyai semacam kebijakan ...." selengkapnya... about Luluhnya "P" Sehabis "Me-"
Saudari Thresnawati, siswi sebuah SMU di Jakarta, menyampaikan hal-hal berikut.
(1) Apa relevansi dan kegunaan mempelajari peribahasa yang sudah usang dan kuno itu?
(2) Mengapa peribahasa tidak berkembang, tetapi sepertinya juga tidak lenyap?
(3) Mengapa kata-kata dalam peribahasa tidak disesuaikan dengan perkembangan zamannya?
(4) Apa definisi idiom, jargon, dan slang? Mohon penjelasan!
Sdr. Murbandana, pemerhati bahasa, merasa jengkel dan kesal dengan pemakaian bahasa pelesetan. Alasannya, si lawan bicara harus sering kali terbengong-bengong sementara si pembicara merasa demikian bangga dengan pelesetannya yang menyulitkan lawan bicara. Artinya, dengan pelesetan bahasa, komunikasi tidak berjalan lancar. Mohon tanggapan? selengkapnya... about Masalah Peribahasa dan Pelesetan Bahasa
Dari kata dasar "jual" dapat dibentuk kata "berjualan". Di samping itu, terdapat pula kata "jualan" yang sering diperlakukan sama dengan kata "berjualan". Benarkah penggunaan kata seperti itu?
Dalam praktik berbahasa sehari-hari, penggunaan kata "berjualan" dan "jualan" memang sering dipertukarkan. Contohnya, sebagai berikut.
Kalau kita buka Kamus Besar Bahasa Indonesia, akan kita temukan kata "hutang" yang dirujuk pada kata "utang". Kata "hutang" tidak diberi makna. Yang diberi makna hanyalah "utang". Demikian juga, "himbau" dan "hisap" dirujuk pada "imbau" dan "isap". Itu berarti bahwa kata "utang", "isap", dan "imbau" lebih diutamakan pemakaiannya. selengkapnya... about Mengapa "Utang" dan Bukan "Hutang"?