Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU
Larisnya Buku Antologi
Menurut pengamatan saya, yang bergabung dalam kelompok-kelompok penulis dan sering berkunjung ke toko buku, buku yang ditulis secara keroyokan sedang menjadi tren. Hampir setiap hari saya menerima pengumuman tentang ajakan menulis sebuah buku secara bersama-sama dengan beberapa penulis. Dan di toko buku, mata saya selalu menangkap deretan buku yang ditulis oleh lebih dari satu penulis.
Maksud keroyokan di sini adalah beberapa penulis ikut andil dalam terciptanya sebuah buku. Satu penulis bisa menulis satu bab atau satu kisah saja dalam sebuah buku. Sementara, bab atau kisah selanjutnya ditulis oleh penulis lain. Jumlah penulis dalam buku jenis ini beragam, tetapi yang pasti lebih dari satu.
Ada satu penulis yang berperan sebagai koordinator terciptanya buku tersebut. Koordinator inilah yang mempunyai ide tema atau judul sebuah buku yang akan dibuat. Selanjutnya, ia mengumumkan kepada khalayak bahwa ia mencari naskah tentang suatu tema untuk dibukukan. Ia mengumpulkan naskah dari para penulis, memilih tulisan yang sesuai, menyusunnya menjadi satu naskah buku, lalu menyerahkannya kepada penerbit.
Penulis yang naskahnya terpilih akan mendapatkan imbalan, bisa berupa royalti atau mereka akan mendapatkan buku antologi tersebut secara gratis. Nama koordinator ini nantinya akan terpajang di sampul buku bersama beberapa nama penulis yang sudah cukup dikenal, agar bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi buku tersebut. Buku yang ditulis secara keroyokan ini disebut buku antologi.
Menurut Wikipedia, secara harfiah antologi diturunkan dari kata Bahasa Yunani yang berarti karangan bunga atau kumpulan bunga. Maka, bisa diartikan bahwa antologi adalah sebuah kumpulan dari karya-karya sastra.
Masih menurut Wikipedia, antologi awalnya hanya berupa kumpulan puisi. Namun, pada perkembangan selanjutnya, antologi bisa berupa kumpulan cerpen, novel, kisah-kisah nyata, dan lain sebagainya.
Bagi orang yang baru menginjakkan kaki di dunia kepenulisan buku, proyek buku antologi ini bisa dijadikan sarana untuk melatih keterampilan menulis. Banyak penulis buku yang lebih dahulu berkarya secara keroyokan sebelum benar-benar menulis buku sendiri. Mereka akan senang ketika naskah mereka masuk dalam sebuah buku antologi. Hal ini menambah kepercayaan diri mereka untuk menulis. Tidak jarang mereka membeli buku antologi tersebut dalam jumlah banyak lalu membagi-bagikannya kepada sahabat, keluarga, dan handai tolan secara gratis. Sebuah euforia.
Bagi koordinator, sebuah buku antologi juga sangat menguntungkan. Koordinator ini tidak perlu menulis puluhan atau ratusan halaman naskah agar namanya terpampang di sampul sebuah buku. Otomatis, mereka adalah pemilik naskah buku tersebut meskipun naskahnya ditulis oleh banyak penulis.
Menurut pengamatan saya, salah satu alasan penerbit menerima naskah buku antologi ini yaitu pertimbangan pasar. Buku antologi yang saat ini banyak beredar, ditulis oleh puluhan penulis yang kebanyakan disebut sebagai "penulis baru".
Euforia para "penulis baru" menjadi keuntungan tersendiri bagi penerbit. Mereka menjadi seperti tenaga marketing gratis bagi penerbit untuk memasarkan buku antologi tersebut. Semakin banyak jumlah penulis sebuah buku antologi, maka akan semakin banyak jumlah tenaga marketing gratis bagi buku tersebut. Maka, kebanyakan buku antologi laris manis di pasaran.
Tentu ada hal-hal lain yang membuat sebuah buku antologi laris manis di pasaran, seperti tema dan isi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pembaca. Bagi yang belum membuat buku antologi, bisa mencobanya sekarang.
Diambil dan disunting dari: | ||
Nama situs | : | republika.co.id |
Alamat URL | : | https://www.republika.co.id/berita/komunitas/women-script-co/12/04/26/m32zf1-larisnya-bu |
Penulis | : | A. Yahya Hastuti |
Tanggal akses | : | 30 Juli 2013 |