Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU
Tritunggal dalam Kewartawanan (Kepenulisan)
Iman Kristen mengenal Tritunggal yaitu Allah Bapa, Allah Putra (Yesus Kristus), dan Allah Roh Kudus. Di dalam praktik kewartawanan, jurnalis Kristen pun paling tidak harus melakukan tiga hal penting, yaitu baca, tulis, dan tulis ulang atau revisi.
A. Baca
Ada orang yang mengatakan bahwa guru/dosen baru itu hanya menang 1 malam dengan murid/mahasiswanya. Mengapa demikian? Karena belum berpengalaman mengajar, mereka terpaksa harus belajar lagi satu malam sebelum mengajar keesokan harinya. Istilahnya "Sistem Kebut Semalam" (SKS).
Jurnalis Kristen, baik pemula maupun senior sekalipun, harus melakukan persiapan yang baik sebelum menjalankan tugasnya. Karena pekerjaan jurnalistik sangat erat berhubungan dengan tulis-menulis, maka seorang jurnalis Kristen harus rajin membaca. Jika tidak, dia tidak bisa menulis dengan baik dan rinci, karena kekurangan bahan dan pengetahuan serta wawasan yang memadai.
Apa yang perlu dibaca oleh jurnalis Kristen?
1. Alkitab.
Alkitab terdiri dari Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru, adalah firman Tuhan yang diilhamkan kepada para penulisnya. Itulah sebabnya, agar jurnalis Kristen bisa menuliskan sesuatu dengan baik, berguna, menambah wawasan pembaca, serta mempermuliakan nama Tuhan, mau tidak mau mereka harus merujuk pada Alkitab, yang mengajar mereka: "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2 Timotius 3:16)
2. Buku, koran, tabloid, dan majalah Kristen.
Dalam dunia komputer dikenal proses demikian: "Data yang masuk ke Central Processing Unit (CPU), merupakan data yang keluar di monitor". Apa yang masuk dalam pikiran seorang jurnalis, akan keluar juga melalui kata-kata yang ditulisnya. Itulah sebabnya, firman Tuhan memberikan pedoman yang sangat bermanfaat bagi jurnalis Kristen.
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu." (Filipi 4:8)
3. Buku, koran, tabloid, dan majalah sekuler.
Sebagai orang beriman, jurnalis Kristen tidak lepas dari kehidupan di dunia. Oleh sebab itu, agar dia tidak menjadi jurnalis "katak di bawah tempurung" karena minimnya wawasan yang dimilikinya, dia pun perlu membaca media cetak umum. Tentu saja, agar tidak terbawa arus, jurnalis Kristen harus tetap menurunkan jangkarnya ke Alkitab yang merupakan Buku Pegangan Agung.
R. M. John Tondowidjojo, C M, Direktur Communication Training Centre (CTC) "Sanggar Bina Tama" Surabaya, di dalam buku Bunga Rampai Visi Pelayanan Literatur menulis, "Buku jadi medium penting untuk jurnalistik dan telah dikembangkan oleh para wartawan. Karena penyempurnaan-penyempurnaan dan kecepatan produksi, buku-buku itu semakin dipakai untuk menyajikan berita tepat pada waktunya, dan interpretasi khususnya, jika suatu subjek perlu dikembangkan lebih dalam daripada yang dapat diberikan dalam sebuah surat kabar atau majalah."
B. Tulis
Yakobus menulis bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati (Yakobus 3:14). Demikian juga dengan jurnalis yang hanya membaca dan membaca, serta membaca tanpa pernah menulis, dan menulis serta menulis. Prajurit yang terus berlatih, berlatih, dan berlatih tanpa pernah berperang, sama dengan jurnalis yang membaca, membaca, dan membaca tanpa pernah berperang melawan kuasa kegelapan dengan senjata pena. Itulah sebabnya, di samping mengisi otaknya dengan membaca, jurnalis Kristen pun perlu mengamalkannya dalam bentuk perbuatan nyata, yaitu menulis.
Apa saja yang harus jurnalis Kristen tulis? Alkitab kembali memberi petunjuk.
"Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup -- itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna." (1 Yohanes 1:1)
C. Revisi
Mary Jane Faircloth, MA, dosen komunikasi massa di Institut Alkitab Tiranus Bandung, pernah mengajar di kelas komunikasi Kristen, bahwa seorang penulis yang baik, harus sering-sering makan "tulang". Sebagai mahasiswanya, tentu saja penulis kaget. Apa tidak salah dengar? Ternyata yang dia maksud dengan makan "tulang" adalah "tulis berulang-ulang".
Stephen R. Covey, di dalam salah satu ceramahnya pernah mengatakan bahwa lawan kata "sempurna" adalah "baik". Mengapa penulis buku "Seven Habits of Highly Effective People" yang sangat terkenal itu berkata demikian? Jawabannya sangat masuk akal. Orang yang sudah merasa dirinya baik, pasti tidak ingin mengejar kesempurnaan.
Senada dengan Covey, Rasul Paulus mengatakan demikian:
"Jika ada orang lain yang menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam menaati hukum Taurat aku tidak bercacat. Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus." (Filipi 3:4b-7)
"Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Karena itu marilah kita, yang sempurna berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu. Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh." (Filipi 3:12-14)
Jika Paulus merasa belum baik dan terus mengejar kesempurnaan di dalam hal menyenangkan hati Tuhan, maka jurnalis Kristen pun harus menulis ulang tulisannya, sehingga meminjam istilah Tempo, "enak dibaca dan perlu".
Diambil dan disunting seperlunya dari: | ||
Judul buku | : | Menulis Dengan Cinta |
Judul artikel | : | Tritunggal dalam Kewartawanan |
Penulis | : | Xavier Quentin Pranata |
Penerbit | : | Penerbit Yayasan ANDI, Yogyakarta 2002 |
Halaman | : | 77 -- 82 |